TAK CUKUP “HANYA” MASKER
Oleh: dr. Fenny Halim dari RSUP Dr. Kariadi



Pandemik COVID-19 berdampak pada penggunaan masker secara luas di berbagai negara. Ada beberapa hal yang perlu kita telaah dalam penggunaan masker. Fokus penggunaan masker di pelayanan kesehatan adalah proteksi diri dari partikel infeksius. Penggunaan masker di tempat umum bertujuan tak hanya proteksi diri, tapi juga kontrol sumber infeksi dengan blocking droplets yang dikeluarkan penggunanya.


Kebijakan yang diterapkan sebagai berikut: petugas kesehatan, orang yang menunjukkan gejala (demam, rasa letih, batuk, sakit tenggorokan, dan sesak napas), pengasuh atau orang yang tinggal bersama orang yang diduga mengalami COVID-19 harus mengenakan masker medis, sementara untuk sehari-hari lebih disarankan untuk memakai masker non-medis, yaitu masker kain.


Hasil penelitian tentang penggunaan masker di tengah masyarakat masih menunjukkan hasil yang bervariasi dengan berbagai keterbatasan penelitian, beberapa menunjukkan bahwa masker N95 dan masker bedah memiliki tingkat perlindungan yang sama untuk mencegah penyebaran infeksi influenza, sebagian menyatakan masker bedah maupun masker kain kurang efektif untuk melindungi dari partikel berukuran kecil, dan penelitian lain menekankan penggunaan masker yang tidak tepat akan menurunkan efisiensi filtrasi serta perlunya kepatuhan distancing dan cuci tangan.

 

Penggunaan masker kain merupakan solusi pragmatis untuk digunakan masyarakat. Jika setiap orang menggunakan masker untuk mengurangi kemungkinan bahwa mereka tanpa sadar menularkan virus kepada orang lain, maka setiap orang akan lebih terlindungi. Menurut Johnson dalam penelitiannya pada tahun 2009, pemilihan masker dipengaruhi oleh harga, kesesuaian dengan wajah pengguna (dipengaruhi ukuran, bentuk wajah, dan aktivitas), ketersediaan, dan toleransi untuk memakai masker dalam jangka waktu tertentu.


Penelitian Shuo Feng pada Maret 2020 menyatakan bahwa penggunaan masker yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko infeksi. Sebelum memasang masker, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60%). Pasang masker untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela antara wajah dan masker. Hindari menyentuh masker saat digunakan; bila tersentuh, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau cairan pembersih tangan. Ganti masker yang basah atau lembab dengan masker baru. Untuk membuka masker: lepaskan dari belakang. Masker medis hanya boleh digunakan satu kali saja, segera buang di tempat sampah tertutup atau kantong plastik.

 

Perlu diingat bahwa bahan polypropylene dalam masker bedah dapat mengalami degradasi bila terpajan radiasi ultraviolet dengan kadar tinggi. Masker kain dapat digunakan berulang kali dan disarankan untuk tidak memakai masker kain lebih dari 4 jam, kemudian dicuci dengan direndam air sabun. Masker kain dengan lapisan multipel dan bahan hybrid (katun-sutra, katun-flanel, katun-chiffon) lebih baik. Pada prinsipnya tak cukup hanya menggunakan masker, tapi kita harus menggunakan masker secara tepat dan rasional.

 

Selain itu, semua orang harus menghindari kerumunan dan ruang tertutup yang ramai; menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain; sering membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih mengalir; menutup hidung dan mulut dengan lengan atas atau tisu saat batuk/bersin, segera membuang tisu tersebut setelah dipakai dan membersihkan tangan; menghindari menyentuh mulut, hidung, dan mata. Perlu diingat bahwa penyebab penyakit saluran nafas bukan hanya COVID-19, tapi juga virus lain, polutan, alergen, dan bahan karsinogenik, sehingga tujuan penggunaan masker perlu disesuaikan dengan kondisi.

 

 

Share:

Tags:

Beri Komentar