Penurunan Pendengaran pada lansia
(PRESBIKUSIS)
Oleh dr. Muyassaroh, Sp.THT-KL dari RSUP Dr. Kariadi
Presbikusis adalah tuli saraf pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ pendengaran. Proses ini terjadi secara lambat, berangsur-angsur memberat dan terjadi pada kedua sisi telinga.
Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya merupakan kombinasi dari beberapa hal sebagai berikut:
• Degenerasi elastisitas gendang telinga
• Degenerasi sel rambut koklea
• Degenerasi fleksibilitas dari membran basilar
• Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran
• Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak
• Degenerasi jangka pendek dan auditory memory
• Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory cortex)
Usia lanjut terjadi juga perubahan organ telinga misalnya degenerasi otot-otot dan tulang-tulang pada telinga tengah.
Gejala dan tanda presbikusis secara umum adalah :
• Berkurangnya kemampuan mendengar
• Berkurangnya kemampuan mengerti percakapan
• Telinga menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suara
• Terganggunya fisik dan emosional
• Hasil pemeriksaan pendengaran didapatkan penurunan tajam (slooping) setelah frekuensi 2000 Hz
Faktor risiko kejadian presbikusis antara lain adalah Jenis kelamin laki laki lebih berisiko dibanding perempuan karena laki laki lebih banyak bekerja ditempat bising. Faktor risiko lain adalah kondisi Hipertensi, Diabetes melitus, Kolesterol tinggi, hiperlipidemia, hipertrigliserida, Merokok dan Riwayat terpapar bising.
Upaya rehabilitasi dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (ABD) yang sesuai dengan kebutuhan. Pemasangan alat bantu dengar bertujuan untuk memperkeras (amplifikasi) bunyi yang ada disekitar pengguna.
Kemajuan teknologi ABD saat ini memungkinkan pengguna ABD mendapatkan amplifikasi yang tepat. ABD dengan fasilitas multi channel dapat mengeraskan bunyi yang spesifik pada frekuensi yang mengalami gangguan saja. Selain itu teknologi multi mikrofon dan penyaring (filter) terhadap bising memungkinkan pemahaman percakapan yang lebih baik pada kondisi bising. Hal lain yang cukup penting adalah memilih jenis ABD yang cocok dengan tuntutan gaya hidup dan kemampuan fisik pemakainya. Walaupun telah menggunakan ABD adakalanya masih diperlukan bantuan membaca ujaran bibir (lip reading) namun masalahnya para penderita presbikusis umumnya juga mengalami gangguan penglihatan.
Penderita presbikusis bila tidak dilakukan upaya rehabilitasi pendengaran maka kemampuan untuk memahami percakapan akan makin terganggu. Masalah fisik dan emosional pada presbikusis antara lain berupa:
• Terganggunya hubungan perorangan dengan keluarga
• Kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran: pemarah dan mudah frustasi, depresi, menarik diri dari lingkungan (introvert), waham curiga (paranoid), self-critism, berkurangnya aktivitas dengan kelompok sosial, berkurangnya stabilitas emosi.
Angka kesakitan (morbiditas) presbikusis dapat dikurangi dengan upaya penanggulangan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha tersebut diperlukan kerjasama yang terpadu dari masyarakat itu sendiri, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Pemerintah dalam hal ini institusi kesehatan.
Masyarakat melalui para kader perlu dilibatkan secara aktif dan inovatif terutama pada tingkat promotif. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai Kesehatan, dll memiliki peran yang besar baik di tingkat promotif, kuratif serta deteksi dini timbulnya komplikasi akibat presbikusis. Selain itu diperlukan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan untuk mendiagnosis presbikusis.
Skrining pendengaran dilakukan pada pemeriksaan fisik rutin atau pada penderita dengan usia diatas 60 tahun. Pertanyaan yang diberikan “adakah masalah dengan pendengaran?”. Sepuluh item dari Hearing handicap inventory for the elderly-short (HHIE-S) sangat efektif untuk mendeteksi adanya presbikusis.
Form HHIE-S :
Pertanyaan |
Tidak |
Terkadang |
Ya |
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda merasa malu saat bertemu orang baru? |
|
|
|
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda merasa frustrasi ketika berbicara dengan anggota keluarga Anda? |
|
|
|
Apakah Anda mengalami kesulitan mendengar ketika seseorang berbisik? |
|
|
|
Apakah Anda merasa cacat oleh masalah pendengaran? |
|
|
|
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda kesulitan ketika mengunjungi teman, kerabat, atau tetangga? |
|
|
|
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda lebih jarang menghadiri upacara keagamaan daripada yang Anda inginkan? |
|
|
|
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda memiliki argumen dengan anggota keluarga? |
|
|
|
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda kesulitan saat mendengarkan TV atau radio? |
|
|
|
Apakah Anda merasa bahwa batas pendengaran Anda atau menghambat kehidupan pribadi atau sosial Anda? |
|
|
|
Apakah masalah pendengaran menyebabkan Anda kesulitan ketika berada di restoran dengan kerabat atau teman? |
|
|
|
Instrumen ini terdiri dari 10 pertanyaan dirancang untuk menilai emosional yang dirasakan dan masalah sosial yang terkait dengan gangguan mendengar seperti frustrasi, malu atau kesulitan dalam situasi tertentu.1 pasien diminta untuk mengisi jawaban dengan cara mencontreng kotak pilihan “ya”, “kadang kadang”, atau “tidak” Setiap pertanyaan memiliki nilai masing-masing 4 (ya), 2 (kadang kadang) atau 0 (tidak). Skor dari 10 pertanyaan minimal 0 dan maksimum 40. Nilai 0-8 berarti tidak ada gangguan, 10-24 terdapat gangguan ringan hingga sedang dan 25-40 terdapat gangguan berat.
Daftar Pustaka :
1. Menegotto IH, Soldera CLC, Anderle P, Anhaia TC. Correlation between hearing loss and the results of the following questionnaires: hearing handicap inventory for the adults-screening version HHIA-S and hearing handicap inventory for the elderly-screening version HHIE-S. Intl. Arch. Otorhinolaryngol:2011;15(3)319-326
2. Gates GA, Murphy M, Rees TS, Fraher A. Screening for handicapping hearing loss in the elderly. The Journal of Family Practice:2003;52(1) 56-62
Beri Komentar