PRONING POSITION SOLUSI TEPAT ATASI SESAK NAFAS DI MASA PANDEMI COVID-19
Oleh : Sugianto.,Skep.Ns dari RSUP Dr.Kariadi
Sahabat Sehat, proning position berasal dari bahasa Latin “pronus ‘ yang artinya condong kedepan dan position dari bahas Inggris, yang artinya posisi atau sikap badan. Maka bisa diartikan posisi proning adalah posisi tengkurap yang di anjurkan pada penderita covid-19 sebagai upaya mengatasi masalah pernapasan yaitu mengurangi sesak nafas.
Proning position ini makin populer di tengah pandemic covid-19 pada akhir- akhir ini, dimana sejumlah rumah sakit maupun layanan kesehatan di Indonesia mengalami kekurangan suplai oksigen. Banyak media mengabarkan bahwa kekurangan oksigen diakibatkan pemakaian terapi oksigen untuk pasien covid-19 yang karena jumlah penderita yang terconfirmasi covid-19 semakin banyak dan jumlah pasien rawat inap melebihi kapasitas ruang rawat rumah sakit dengan nilai BOR ( Bed Occupancy Rate ) atau angka persentase pemakaian tempat tidur pada periode tertentu yang rata-rata >90%, seharusnya ideal BOR adalah diangka 60-80 % ( Depkes RI,2009).1
Tehnik ini sebenarnya telah di rekomendasikan oleh dunia kedokteran pada awal-awal pandemic covid-19, namun karena jumlah penderita masih dalam situasi yang bisa di kendalikan, maka proning position belum banyak yang terapkan, baik itu di rumah sakit maupun penderita yang isolasi mandiri di rumah.
Mengulas kembali mengapa proning position sangat dianjurkan pada pasien dengan gejala sesak nafas yang sebagian besar dialami oleh penderita covid-19, namun begitu ada indikasi dan kontra indikasi pada proning position.2
Indikasi proning position adalah sebagai berikut :
- Kesadaran pasien baik atau sadar penuh (composmentis ).
- Pasien dengan hipoksia akut
- Suplementasi ( penambahan) oksigen > 2 liter per menit untuk mempertahankan saturasi oksigen ≥ 92 %
- Tidak ada distres nafas berat
- Pasien dapat melakukan proning position secara mandiri
Kontra indikasi proning position :
- Cidera pada area leher atau kepala
- Instabilitas pada area tulang belakang
- Pasien dengan riwayat operasi sternotomi atau bedah jantung.
- Hemoptisis atau batuk darah
- Ibu hamil yang membuat susah untuk melakukan proning
Kondisi- kondisi yang telah di jelaskan merupakan, hal yang perlu di perhatikan jika akan melakukan proning position. Kemudian bagaimana proning position yang benar sesuai dengan fisiologinya, yaitu seperti berikut ini;
- Posisi 1 : tidurlah dengan posisi tengkurap. Letakkan 1 bantal di bawah leher, 1 bantal di area pelvis, dan 1 bantal di bawah kaki.
- Posisi 2 : berbaring dengan posisi ke arah kanan. Letakkan 1 bantal di bawah kepala, 1 bantal dibawah pinggang, dan 1 bantal di antara kaki
- Posisi 3 : Rebahkan badan dengan posisi setengah duduk.
Tehnik proning dianjurkan minimal dilakukan sehari 3 kali selama 3 jam atau menurut kemampuan pasien dan untuk pasien dengan ARDS (Acute Respiratory Syndrome) posisi proning bisa di pertahankan > 12 jam dalam sehari.
Mengapa proning position sebagai upaya yang terbaik dalam mengurangi sesak nafas dianggap sesuatu yang sangat penting, hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor yang bisa kami rangkum dalam 3 penyebab utama, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Faktor fisiologi proning position
Pada saat berbaring atau duduk, posisi terberat paru-paru bertumpu pada punggung maka kita akan kesulitan mendapat udara yang cukup,berbeda dengan posisi proning/tengkurap dimana kepala lebih rendah dari bahu maka membuat beban paru-paru lebih merata sehingga bisa meningkatkan aliran oksigen. Posisi ini juga di yakini menurunkan desakan paru-paru oleh organ intra abdomen sehingga akan memperbaiki oksigenasi dan bersihan karbondioksida.
- Bukti nyata dari hasil penelitian berbagai negara
Penelitian di Prancis oleh Elharrar et al, 2020 menyebutkan dari 88 pasien penderita covid-19 dengan gejala ringan – sedang, menerapkan posisi proning meningkatkan oksigenasi pada 40% pasien yang dapat mentoleransi posisi proning ≥ 3 jam dan didapatkan hasil rerata Pao2 meningkat dari 73,6 mmHg menjadi 94,9 mmhg, dimana nilai normal Pao2 75- 100 mmhg.3 Selanjutnya penelitian di Italia oleh Scarpellini et al, 2020 menyebutkan bahwa posisi proning dapat meningkatan hasil klinis peningkatan saturasi oksigen sebesar 80% mengalami perbaikan klinis, 13,3 % tidak ada perbaikan klinis dan 6,7% mengalami perburukan, namun dari sisi kenyamanan di laporkan meningkat pada 86,7 % kasus.4 Di indonesia penelitian scoping review di lakukan oleh Nurazizah, 2020 diambil dari Springer link, Science direct dan Google Scholar,dari 10.124 artikel yang memenuhi kelayakan ( elegible) untuk diteliti ada 10 artikel, yang menyatakan posisi proning tidak mempengaruhi saturasi oksigen hanya 1 artikel, 9 artikel lainya mempengaruhi saturasi oksigen.5
- Kondisi saat ini dimana persedian oksigen di berbagai rumah sakit dan layanan kesehatan mulai berkurang, bahkan depot tabung oksigen yang di kelola perorangan mengalami kekosongan akibat permintaan dari konsumen yang cukup tinggi, maka tehnik atau posisi proning sangat tepat diterapkan pada kondisi saat ini.
Demikianlah paparan mengapa posisi proning sangat dianjurkan pada pasien covid-19 dalam upaya mencapai kesembuhan. Wassalam
Daftar pustaka
- Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009. Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Negara; 2009
- Burhan dkk,. PEDOMAN TATALAKSANA COVID-19 Edisi 3 TIM EDITOR Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020
- Elharrar X, Trigui Y, Dols A-M, Touchon F, Martinez S, Eloi Ph, et al. Use of Prone Positioning in Nonintubated Patients With COVID-19 and Hypoxemic Acute Respiratory Failure. JAMA. 2020;323(22):2336-8
- Scarpellini P, Tettamanti A, Carco F, Landoni G, et al. Respiratory Parameters in Patients With COVID-19 After Using Noninvasive Ventilation in the Prone Position Outside the Intensive Care Unit. JAMA. 2020;323(22):2338-40.
- Azizah, Scoping review: Pengaruh posisi prone terhadap saturasi Oksigen ( SpO2) pada pasien Covid-19. Vol 6, no 1 : 2020
Beri Komentar