ASPEK SOSIAL ANAK DENGAN SINDROM DOWN

Oleh Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K)

Dari  RSUP Dr Kariadi

             

  Di masyarakat masih didapatkan beberapa hambatan sosial dimana anak penyandang down syndrome kerap dikucilkan di lingkungan bermainnya. Keterlambatan perkembangan membuat teman sebayanya ‘enggan’ untuk bermain dengannya. Kerap mendapatkan perilaku diskriminasi karena perbedaan kemampuan yang dimilikinya. Tindakan yang dilakukan oleh lingkungan sosial terhadap penyandang sindrom down dapat dikatakan sebagai suatu bentuk diskriminasi.

Ada beberapa karakteristik kekuatan yang dapat dioptimalkan dalam pembelajaran anak sindrom down, diantaranya adalah:

  • Interaksi sosial – Sebagian besar anak dengan sindrom Down menikmati dan belajar dari interaksi sosial dengan keluarga dan teman.
  • Pembelajaran visual – Anak-anak dan remaja dengan sindrom Down umumnya belajar secara visual. Ini berarti bahwa mereka belajar paling baik dari melihat dan meniru orang lain, dan mungkin lebih mudah menerima informasi jika disajikan dengan dukungan gambar, gerak tubuh, objek, dan kata-kata tertulis.
  • Gestur dan pantomim – Anak-anak dengan sindrom ini seringkali sangat pandai menggunakan tangan, wajah, dan tubuh mereka untuk berkomunikasi.
  • Kemampuan membaca – Membaca seringkali merupakan kekuatan, mungkin karena hal itu dibangun di atas keterampilan belajar visual.

 

Namun, beberapa karakteristik kelemahan harus diidentifikasi sebagai upaya untuk melakukan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini. beberapa karakteristik kelemahan diantaranya adalah:

  • Pendengaran dan penglihatan – Kesulitan mendengar sering terjadi dan dapat menyebabkan kesulitan berbicara dan bahasa.
  • Belajar bergerak – Keterampilan yang dibutuhkan untuk bergerak dan menjelajah cenderung tertunda dibandingkan dengan anak-anak lain. Namun, seiring berjalannya waktu, DAPAT mengembangkan keterampilan motorik yang lebih baik.
  • Belajar dari mendengarkan – Anak-anak dengan sindrom Down cenderung merasa belajar dengan mendengarkan itu sulit yang bisa disebabkan gangguan pendengaran dan terdapatnya masalah memori jangka pendek.
  • Keterampilan berhitung – Banyak anak dengan sindrom Down mengalami kesulitan dengan keterampilan berhitung.
  • Belajar berbicara – Banyak anak dengan sindrom Down mengalami keterlambatan belajar berbicara yang signifikan.

 

“ Anak-anak dengan sindrom Down sering terlihat ceria, penyayang, dan mudah bergaul, tetapi mereka juga memiliki tantangan sosial-emosional yang unik. Mereka mungkin bereaksi dengan menunjukkan ketidakpuasan seperti keras kepala, hiperaktif, impulsif, dan mengamuk.”

 

      Memori visual anak-anak sindrom down berkembang lebih cepat daripada memori pendengaran karena jumlah rangsangan yang lebih besar, sehingga mereka memperoleh memori sensorik yang baik, mengenali dan mencari rangsangan. Pembelajaran progresif memfasilitasi pengembangan memori pendengaran, visual, taktil dan kinestetik berurutan.       Menjalin kontak dengan orang lain dan meniru perilaku anak lain merupakan aspek penting bagi perkembangan dan pembentukan kemampuan dan interaksi sosial, sehingga lingkungan sekolah penting untuk disebut sebagai fasilitator yang akan mendorong kontak yang lebih kuat antara anak sindrom down dengan anak lain di lingkungan sekolah. kelompok usia yang sama, membantu perkembangan kemampuan sosial anak-anak tersebut.

 

Dalam proses pendampingan orangtua dapat memilih beberapa strategi disiplin yang bermanfaat untuk anak-anak dengan sindrom down, diantaranya:

  • Orang tua dapat memanfaatkan keinginan anak mereka untuk berinteraksi dengan berfokus pada kegiatan yang membantu mereka memperkuat keterampilan.
  • Karena keterlambatan kognitif dan bahasa, anak kecil dengan DS mungkin kesulitan mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi jadi perlu bimbingan ketika mereka tampak bingung, gunakan permainan pura-pura untuk mengajari mereka cara menangani situasi sulit, dan coba contohkan cara yang tepat untuk merespons secara emosional.
  • Beri mereka pilihan saat mereka menolak melakukan tugas tertentu, seperti berpakaian: tahan dua pilihan dan biarkan dia memilih mana yang dia inginkan.
  • Gunakan skenario "jika, maka". (Jika anak Anda melakukan apa yang Anda perlukan, mereka dapat memilih apa yang harus dilakukan selanjutnya.)
  • Gunakan gangguan untuk mengalihkan perhatian mereka dari perilaku yang tidak diinginkan.
  • Contohkan cara yang tepat untuk menangani suatu situasi untuk membantu anak Anda memahami respons terbaik. Ajari dia tentang emosi dan perasaan.

 

Share:

Tags:

Beri Komentar